Di mana ada demand di situ ada suplai. Seperti itulah yang terjadi pada kawasan Bisnis di wilayah Hotel Indonesia. Beberapa pihak memanfaatkan lahan untuk penitipan motor. | Selama musim penghujan, motor kumuh sudah biasa. Namun bukan berarti kita tidak peduli terhadap kebersihan motor yang dipakai harian. Semakin lama menahan untuk tidak dicuci alias dibersihkan, kotoran yang menempel bahkan bisa membuat bagian tertentu berkarat. | Penghargaan Gold winner di kategori The Best of Special Interst Tabloid 2013 untuk Motorplus dan di berikan langsung oleh Elwin Siregar selaku Director Group of Magazine kepada Sapta N. pangestu selaku Graphic Designer tabloid Motorplus. Dan majalah Bikers mendapatkan Silver winner sebagai The Best of Special Interest Local Magazine 2013 dan diterima langsung oleh Ullie Gumilar selaku Redaktur Desain Grafis. Acara simbolis ini dilakukan di Gedung Kompas Gramedia Group of Magazine di jalan panjang 8A, dikarenakan tidak semua perwakilan redaksi bisa hadir di Manado memenuhi undangan Serikat Perusahaan Pers (SPS) selaku penyelenggara IPMA 2013. |Jika sebelumnya, setelah lolos ujian praktik SIM, pemohon keluar lapangan untuk segera ujian praktik. Kini, dengan adanya Simulator SIM, pemohon hanya perlu ujian secara virtual. TIdak perlu berpanas-panas.|Motor bukan saja sebagai alat transportasi. Tapi sudah menjadi bagian produksi pemiliknya. Sehingga digunakan untuk mengangkut barang. Tidak heran di beberapa lokasi kita sering melihat pengendara membawa barang yang overload alias berlebih. | Setelah sebelumnya Poltabes Surabaya, Jawa Timur, kini Polda Metro Jaya memberlakukan SIM D untuk difabel. Layanan khusus ini diberikan Satpas SIM Daan Mogot dalam bentuk ruang khusus pelayanan bagi pengendara penyandang cacat.

Share This Blog

Bookmark and Share Bookmark and Share

Hit Counter

Counter Powered by  RedCounter Submit Your Site To The Web's top 50 search engines for free! Yuk.Ngeblog.web.id warung kopiku

Search Engine Optimization and SEO Tools
Lirik Lagu Indonesia Terbaru

Search Engine Optimization

Parent Link

counter
counter

Blogup

Advertise


Pusat Download Gratis

Masukkan Code ini K1-E17866-3
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

CIMB Indonesia

Arsip Blog

Online Visitor

Page View

Dulu Rantai Sekarang Belt

Written By pijar mentariku on Selasa, 14 Mei 2013 | 19.09.00


Honda Astrea 800, 1983 (Jakarta)



Gokil, gila, dua jempol atau apalah ucapan kekaguman lain yang layak diberikan pada langkah custom Honda Astrea 800 ini. Melihat wujudnya sekilas saja sudah terbayang kalau ini full custom, tak ada yang standar lagi. Tapi, jika lebih diteliti lagi, ungkapan kekaguman akan segera keluar.

Pertama, mari lihat sistem penggerak rodanya. Antonius Chandra dari Ton's Chrome (TC) mengubahnya dari rantai menjadi belt. Pastinya ini bukanlah pekerjaan gampang. "Ingin dibuat beda, kebetulan alat di bengkel memungkinkan untuk melakukan ubahan itu," kata Anton di awal obrolan.

Untuk pulley sebagai pegangan belt dibuat sendiri olehnya. "Sedangkan karet beltnya sendiri pakai punya alat-alat berat," lanjut pria kurus ini lagi.
 

Meskipun menggunakan belt, tapi motor ini tetap masih pakai gigi, tidak berubah menjadi seperti matik.

Hebatnya lagi, pulley belakang juga merangkap sebagi rem. Fungsinya seperti disc brake. "Jadi, kaliper Brembo juga ikut menjepit pulley tadi. Tebalnya sekitar 2,5 cm," tambah pria asal Palembang ini.

Lengan ayun juga dibuat sendiri. Anton mendesainnya menjadi tunggal. "Itu menggunakan pipa seamles ketebalan 3 mm dengan diameter 45 mm. Spek itu cukup kuat dan dijamin aman," lanjut ahli lapis verneckel ini.

Hal lain yang membuat orang banyak terkagum ada pada desain pelek. Itu murni buatan Anton sendiri. "Untuk lingkar pelek sudah aplikasi copotan dari mobil, sedang untuk bagian palang dibuat sendiri," lanjut pemilik bengkel parktik Jl. Ciputat Raya, No. 20A, Jakarta Selatan ini.

Palang sengaja dibuat kecil-kecil dan hanya 3 batang. "Itu yang membuat orang bertanya mengenai kekuatannya. Tapi, itu dijamin kuat," yakin Anton lagi.
 

Jelas bukan asal kuat di mulut. Batang palang tadi dibuat menggunakan pelat 10 mm. Untuk membuatnya bisa sempurna menyatu dengan lingkar pelek digunakan las listrik. Sementara semua proses pengerjaan digarap Anton sendiri.

Desain pelek seperti ini menimbulkan kesan kosong dan minimalis. Di situ letak kejelian dan taste modifikasi Anton yang bukan sembarangan. Sebab, pelek seperti itu sesuai bentuk bodi baru yang full custom juga. Oh ya, seluruh rangka sekarang juga sudah dibuat menggunakan pipa seamless diameter 45mm. 

Bisa dikatakan bodi juga minimalis. Tidak ada lagi cover bodi, yang ada hanya tangki di rangka depan. Bahkan jok pun hanya disediakan satu dengan batang dan ukuran yang juga begitu minimalis.
 

Pada bagian ini stop lamp ikut ditempelkan. Terakhir, kelir putih pilihan yang membuat motor ini tampil sempurna, tanpa cela dan memang dahsyat!
     (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Ban depan: Swallow 140/60-14
Ban belakang: Swallow 180/55-14
Pelek depan: Custom 5x14 
Pelek belakang Custom 8x14 inci
Sok depan: Thunder 250 
Sok belakang: Kawasaki Athlete
TC: (021) 7392471

Penulis : Nurfil | Teks Editor : Nurfil | Foto : Yudi

19.09.00 | 0 komentar | Read More

Trik Diterima Istri

Written By pijar mentariku on Senin, 22 April 2013 | 09.33.00

YAMAHA BYSON, 2011 (Pasuruan-Jawa Timur)




Yamaha Byson punya tampilan keren ala street fighter. Tapi, beberapa peminatnya masih belum puas desain Byson standar. Seperti Alexander Tjiang yang dituntut merombak Byson sebagai hadiah untuk istrinya.

“Istri senang Byson. Tapi, maunya harus diubah,” tambah Alex, suami dari Nia Tjiang. Nia suka banget pakai motor modif untuk kendaraannya ke sanggar tempatnya mengajar senam.

Alex mempercayakan Byson kepada Adhi Wicaksono, builder kondang dari Lent Automodified, Probolinggo, Jawa Timur. “Saya hanya ubah beberapa cover bodi, tangki, sepatbor. Semuanya diganti dengan bodi desain baru dari fiberglass,” bilang bro hobi main remote control ini.

Jika dilihat secara kasat mata, rombakan Byson garapan Siwe, panggilan Adhi Wicaksono, tidak kentara. Tapi, saat diperhatikan dengan detail, kelihatan deh ubahannya. “Tangki sengaja saya buat lebih besar dengan mempertegas garis bodi. Ditambah lagi dibikin deltabox gadungan untuk mengisi sektor yang kosong di bawah tangki,” tambahnya.

“Shroud dipanjangkan sedikit agar tampak menyatu dengan cover mesin bawah. Jadinya seolah semi fairing,” timpal Siwe lagi. Bukan hanya itu saja yang diubah. Tangan terampil Siwe tidak berhenti begitu saja. Ini kali sektor cover head lamp yang menjadi sasarannya.

“Sebetulnya banyak yang mengincar cover dan headlamp Byson untuk dipasang pada motor lain. Standar saja sudah bagus, makanya hanya diubah dengan tampilan yang lebih sangar. Dikasih frame menyesuaikan bentuk ubahan bodi baru,” tutur modifikator berkacamata ini.



Beralih ke buritan yang dirasa kurang menunjang penampilan. Supaya tampilan street fighter sempurna sengaja memotong sub frame belakang. Gantinya pipa yang didesain ulang untuk memperkuat kesan street fighter.

“Sub frame aslinya mulai dari tengah sampai belakang hanya lurus. Itu yang bikin Byson kurang seksi. Makanya, saya potong dan diganti dengan pipa yang ukurannya sama dengan aslinya. Saya lebarkan dan sedikit diangkat,” beber Siwe.

Mengimbangi buntut yang sudah diubah, Siwe buatkan bodi baru menyesuaikan lekukan pipa tadi. “Bodi dan buntut jadi lebar. Ditambah fender dari pelat 5 mm,” seru Siwe.

Ubahan sub frame berujung pada foot rest belakang yang tak bisa dipasang. “Mesti dibuatkan foot rest baru,” lega bro murah senyum ini.

Kaki-Kaki Mencomot Limbah
Bukan Lent Automodified jika ubahan sekelas ekstrem merombak bagian bodi saja. Siwe menjamah total bagian kaki-kaki dengan limbah moge supaya tampilan lebih merata dari atas sampai bawah.

“Sengaja memilih limbah moge milik Suzuki GSX600 yang dipasang untuk menggantikan sok depan-belakang. Swing arm dan knalpot juga dari GSX600,” ucap Siwe.

Merasa masih terlihat kurang gagah, pelek juga diganti. “Pelek depan-belakang, pakai Kawasaki ZX-6. Diameter pelek yang besar bikin komposisi antara bodi dan pelek semakin menyatu,” tutup Siwe.
(motorplus-online.com) 

Penulis : Candra | Teks Editor : KR15 | Foto : Candra
09.33.00 | 0 komentar | Read More

Enggak Iri Lagi Deh

Written By pijar mentariku on Rabu, 10 April 2013 | 13.03.00



YamahaJupiter MX135, 2005 (Probolinggo-Jawa Timur)

 
Iri ala biker atau penggila modifikasi harusnya positif. Jika modifikasi motor belum mantap, harus cepat berpikir agar motor andalan bisa dilirik teman-teman satu tongkrongan. Pastinya berpikirnya wajib kreatif. Jangan cuma mengandalkan dana besar dari orang tua. Itu sih anak mama. He..he..he..!

Begitulah yang dialami Billy Sanata, warga Probolinggo, Jawa Timur. Pelajar kelas 3 SMK Mater Dei Probolinggi iri melihat Yamaha Jupiter MX 135LC milik Jason, teman gaul Dimas. Wah, seandainya melihat motor yang setipe milik orang lain pastilah iri. Kalau enggak iri, itu sih bukan kategori biker.

Bagi Billy, MX135 milik Jason terbilang ubahannya sip punya. Siapakah Jason? Sabar, lanjutkan membaca nih tulisan. Sampeyan mesti tahu dulu sedikit asal-usul Jason. Dia putera dari Adhi Wicaksono. Adhi, kan yang tak lain bos dari rumah modifikasi Lent Automodified (LA), Probolinggo.

“Untuk ubahan motor hanya memakai bodi kit yang sudah ada di LA. Bagian fairing, sepatbor, bodi belakang dan jok double seater yang dirombak ulang. Hitungannya sih enggak banyak rombakan. Namanya juga masih SMU, kepingin tetap bisa dipakai boncengan,” tutur Billy sambil cengar-cengir kesenangan melihat hasil akhir garapan sang modifikator.

Benar juga pikiran Billy. Tampilan motor kesayangan berubah jadi lebih sip, tapi enggak lupa masih tetap bisa punya tandem. Apalagi, tandemnya cewek. Waduuuuh.



Bodi yang dipasang pada Jupiter MX 135 milik Billy masuk kategori plug n play alias bolt on. Bongkar-pasangnya enggak perlu ubah bagian motor yang standar.

“Bisa jadi saya nanti akan ganti teman modif. Kalau modifikasi plug n play tinggal bongkar kalau sudah bosan,” bilang Billy yang berumur 16 tahun.

Beralih ke bagian kaki-kaki yang juga mengalami rombakan untuk mengimbangi bagian bodi. “Kaki-kakinya masih mengandalkan pelek bawaan pabrik. Hanya saja ukuran ban sedikit diperbesar supaya tidak cungkring. Swing armnya comot variasi milik TDR yang sudah ada stabilisernya,” imbuh Billy yang doyan dengan bebek sport.

Supaya tampilan racing semakin kental, Billy sengaja menanggalkan setang originalnya untuk diganti dengan setang jepit. “Setangnya pakai milik Yamaha X1. Satu set dengan batok bagian depan,” terangnya.

Hasilnya memang mengarah ke Yamaha X1. Artinya, konsep Billy untuk Jupiter MX 135LC miliknya bebek futuristik yang sudah lama trend di Thailand.
Kalau sudah begini tidak ada lagi ceritanya iri dengan anak modifikator. He..he..he..

(Motorplus-Online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan    : FDR 90/80-17
Ban belakang : FDR 100/80-17
Pelek depan  : Yamah 2,25 x 17
Pelek belakang : Yamaha 2,75 x 17
Footstep  : Yoshimura
Cakram depan : PSM
Penulis : Candra | Teks Editor : KR15 | Foto : Candra

13.03.00 | 0 komentar | Read More

Mengubah Pakem Speed Freaker

Written By pijar mentariku on Kamis, 14 Maret 2013 | 15.30.00

YAMAHA TZR125RR Belgarda, 1995 (Jakarta)


Ibarat pepatah, mendapat durian runtuh. Eri Nugraha girang segirang-girangnya, tapi enggak sampai guling-guling ya? He..he... Ketika mendapat Yamaha TZR 125RR Belgarda. Maklum, populasi motor lansiran 1995 ini memang terbilang jarang. Selain itu, di zamannya motor ini jadi idaman kawula muda, sehingga para speed freaker kelas pemula itu banyak yang jatuh hati kepada motor ini.


Namun, spek bawaan pabrik motor yang punya nuansa racing diubah dengan aliran yang menjadi karakter sang modifikator, yaitu café fighter. Alasannya, karena ketika mendapatkannya kondisi motor alakadarnya.

Nah, karena mengusung konsep café fighter, jadi bodi belakang yang aslinya berbentuk kotak dicustom ulang. Agar terkesan café racer, bodi belakang dipermak dengan mengandalkan pelat besi setebal 1,3 mm dengan dibentuk mirip tawon. Hanya bentuk tawon itu tidak sama ‘plek’ dengan pakem café racer yang terkesan kaku, Eri mendesain dengan lekukan agar kesan sportynya lebih terasa.

Ubahan bodi belakang tadi diikuti perubahan rangka. Uniknya, rangka belakang aslinya mengaplikasi sistem knock down yang bisa dibuka dan dipasang sesuka hati. Rangka aslinya itu diganti dengan mengandalkan pipa besi setebal 5 mm dan ukuran diameter 2 cm. “Sengaja rangkanya diganti, karena sayang jika menggunakan rangka asli,” kata Eri yang bengkelnya di Jl. Hidup Baru No. 44, Jakarta Selatan.

Untuk kaki-kaki, masih mengandalkan part aslinya. Seperti pada bagian kaki-kaki belakang, bentuk lengan ayun yang mirip pisang atau dalam istilah bulenya disebut banana rear swim arm masih tetap tetap diandalkan. Selain itu, pada bagian depan sokbreker yang memang sudah menganut sistem upside down juga dipertahankan.

Terakhir, untuk memadukan aliran café fighter, head lamp aplikasi milik Accerbis model trail, “Tujuannya agar nyaman ketika diajak riding malam hari,” tutup Eri yang punya bengkel 8910 Custom itu.  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan  : Michellin 120/60-17
Ban belakang  : Michellin 160/60-17
Knalpot   : Arrow
Radiator   : Kawasaki Ninja 150R
8910 Custom : 0815-1432-5659

Penulis : Hanggi | Teks Editor : KR15 | Foto : GT 




15.30.00 | 0 komentar | Read More

Virus dari Sahabat

Written By pijar mentariku on Rabu, 13 Maret 2013 | 15.26.00

SUZUKI Thunder250, 2002 (Jakarta) 




Mungkin ini bisa dibilang buah dari hasil persahabatan antara Tan David Pranata dengan Kwendy Alexander. Terobsesi karena sahabatnya melakukan modifikasi cafe racer, Tan David Pranata atau yang biasa dipanggil David juga melakukan hal yang sama pada Suzuki Thunder 250 miliknya itu. Mantap bro virusnya.

Untuk masalah modif, David menyerahkan Thunder 250 kesayangan kepada Doni Ariyanto yang memiliki sapaan akrab Doni selaku pemilik bengkel Studio Custom. Dia bermarkas di Jl. Kesehatan Raya Kolom 3A, Bintaro, Jakarta Selatan.

“Kalau saya sih pengin motor dioprek jadi bobber ala tahun 50-an. Dimana sektor kaki-kaki menjadi gendut. Dan tempat duduk dibikin lebih turun ala chopper 60-an,” ungkap David yang memiliki usaha garmen itu.

Proses yang dilakukan oleh Doni terbilang tidak mudah, tempat duduk yang dibikin ala chopper 60-an sesuai diingikan David harus melakukan beberapa potongan di bagian frame.

Frame standar yang lurus harus dipotong beberapa bagian. Sektor atas frame yang dipakai untuk tempat duduk dipanaskan lalu dibengkokkan agar lurus. Bagian tengah rangka yang dipakai untuk penyangga juga dipotong lebih pendek. Agar mencapai subframe atau tempat duduk yang lebih turun.



Tidak hanya tempat duduk yang berubah. Akibat pemotongan frame, tangki yang dibuat oleh Doni pun harus menambah beberapa dudukan.

Untuk ubahan kaki-kaki, Doni menggunakan pelek custom diameter 16 inci dengan lebar 3,5 untuk depan dan 4,5 buat yang belakang. Dipadu dengan ban Firestone Deluxe Champion 5,00-16 untuk ban depan dan belakang.

Lengan ayun pun dicustom mengandalkan pipa seamless 1,25 inci. “Kan ban belakang sudah besar banget tuh. Kalau tetep mempertahankan swing arm bawaan Thunder 250, pasti harus dilebarkan lagi. Daripada repot dan untuk minim biaya, mendingan dibuat saja swing arm yang pas buat ban lebar ini,” ungkap Doni dengan santai.

Untuk mengimbangi lengan ayun yang sudah mekar, suspensi juga mengikuti. “Saya aplikasi sokbreker belakang copotan H-D Sportster 883,” ungkap Doni lebih jauh menjelaskan.

Agar sesuai tampilan yang sudah garang, Doni memasang knalpot aftermarket buatan Jet Hot. Knalpot ini mampu menghasilkan suara menggelegar dan menghancurkan dunia. Tutup Doni sambil tertawa puas. Ha..ha..  
(motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Lengan ayun  : ARM custom
Setang  : Custom
Kaliper depan : Tokico
Cakram depan : Kumis

Penulis : Lomo | Teks Editor : KR15 | Foto : Lomo 
15.26.00 | 0 komentar | Read More

Garapan Kakak-Adik

Written By pijar mentariku on Minggu, 10 Maret 2013 | 14.47.00


Honda CB100, 1978 (Tangerang)



Honda CB memiliki gaya retro atau vintage yang khas. Itu yang membuat banyak modifikator menyulap Honda Tiger dan Mega Pro agar tampilannya jadi seperti CB, agar terlihat klasik.

Tapi, hal itu tidak berlaku pada Dedi Setiawan dan Sumanto. Mereka berdua kompak ingin mengandalkan basic modifikasi dari CB yang memang aslinya. “Sayang kalo motor ini dimodif dengan konsep lain,” bilang Dedi.

Untuk mempertahankan agar tampilan motor tetap klasik, tidak selalu memakai part yang orisinil juga. Menurut pria asal Yogyakarta ini, yang penting ngemodif dengan tampilan klasik harus dipadukan pola harmonisasi. “Sehingga tampilan motor terlihat simpel dan tak terkesan berlebihan,” tambahnya.

Selain itu, dalam pemilihan part tidak selalu bahwa motor klasik harus menggunakan part yang klasik juga. Seperti dalam pemilihan sokbreker depan, agar motor terlihat kekar, Dedi menggunakan sok milik Honda CB250 Hornet lansiran 1998. Sedangkan pada bagian belakang, lengan ayun terbuat dari pipa besi setebal 1,8 mm.

Unsur safety juga diperhatikan oleh saudara sekandung ini. Buktinya pada bagian depan teromol Suzuki Tornado ‘dijejali’ piringan dari variasi bermerek Kumis. Kaliper comot dari Tokico dan masternya pakai Yamaha RX-King. Sedangkan bagian belakang teromol Yamaha DT dipasang cakram milik Yamaha Force 1, kalipernya pakai Yamaha Mio dan master remnya aplikasi punya Kawasaki Ninja RR.

Biar terlihat keren dan modern, pada saat mesin dihidupkan, kedua bersaudara ini rela begadang. Menciptakan inovasi baru, yaitu dengan menggunakan starter elektrik.

“Karena mengaplikasi starter elektrik, resikonya harus mengganti arus listrik yang tadinya AC menjadi DC,” ungkap Sumanto kakaknya Dedi.


Sedangkan pada pola harmonisasi terlihat pada bagian tangki yang dicustom ulang. Tangki tadi dibikin mirip dengan tangki Honda CB Twin 125 yang terbuat dari bahan galvanis setebal 1 mm.

Untuk kemudi, dipadukan dengan setang model huruf U dengan mengandalkan pipa besi berukuran 1,8 mm dengan diameter 1,5 inci. Dibalur krom agar terlihat elegan.

"Finishingnya motor dicat dengan menggunakan warna merah dan putih dengan kombinasi warna biru di bagian frame agar lebih terlihat menarik,” Kompak Dedi dan Sumanto yang tinggal di Jl. Komplek Fatal, RT 4/3, Larangan, Tangerang.
(motorplus-online.com)


DATA MODIFIKASI
Ban depan  : Battlax 120/60-17
Ban belakang  : Battlax 120/70-17
Knalpot   : Honda GL-Pro
Spidometer  : Vespa Super 64

Penulis : Hanggi | Teks Editor : KR15 | Foto : Yudi 

14.47.00 | 0 komentar | Read More

Harley-Davidson FXD W6, Kobra Kolot Bragajul

Written By pijar mentariku on Jumat, 08 Maret 2013 | 14.21.00

Harley-Davidson FXD W6, 1993 (Bandung)


Judul artikel ini sekalian nama dari motor milik Faraz Bdugulz. “Kependekan dari Kolot Bragajul, tua tapi berandalan, brengsek!” buka owner yang  berbadan gambot ini.

Bicara tunggangannya, Faraz sepertinya gandrung kisah customized zaman dahulu. Desain bobber yang digarap  Didoth Retrogrades Slaughter House (RSH) punya cerita unik  dalam sejarah modifikasi.

Gaya begini lebih tua dari choppers. Ini bukan karena ban depan belakang gambot, lho! Tapi, bobber memang cikal bakal choppers yang sudah modif motoring, nge-bob tapi masih pertahankan sasis asli.



Biasanya enggak kinclong rada butek, setang ape hanger atau baby ape hanger, drum brake tanpa mengobrak-abrik rake motor. Aslinya bobber juga menganut mesin-mesin lawas, keluarga  the forty five, 750 cc atau big twin legendaris, Knuckle, pan atau shovelhead.

Ini kali, modifikasi RSH dilakukan pada motor H-D FXD W6 1993. “Sengaja dipilih tidak mengilap tapi menonjolkan karakter keras, logam karat menyesuaikan karakter yang dituju. Tua tapi bandel dan brengsek,” tambah owners kelahiran 1982 ini.

Walau begajul, rider ini ogah mengorbankan pinggang dan ginjal kalau turing jauh. Artinya, kenyamanan turing tetap dipertahankan. RSH  dan pemilik sepakat enggak menyiksa diri dengan hardtail. ”Sok belakang H-D progressive, ergonomis dipaskan dengan postur tubuh pemiliknya,” tambah Didoth.

Tentu persoalan ergonomi juga dibarengi dengan estetika. Tampilan bobber penuh karat dan keras plus postur gambot pemilik pasti sreg jika dipilih ban gaya bobber tulen. Roda depan-belakang diameternya sama, tebal dan gendut. ”Nuansa ol skoolnya diperkuat lewat pilihan ban depan belakang 5,00-16 inci,” jelas tim RSH.

The real naughty bike. Bravo bobber!
(motorplus-online.com)


DATA MODIFIKASI

Ban depan  : Firestone 5,00x16
Ban belakang  : Firestone 5,00x16
Pelek belakang : 3,5-16 inci H-D
Pelek depan  : 3,5-16 inci H-D
Rem depan  : Brakeless
Rem belakang  : Drum brake Japan
Cat  : Blur Brown Concept
Sok depan  : Stock
Penulis : Isf@n | Teks Editor : KR15 | Foto : Rumi
14.21.00 | 0 komentar | Read More

Kawasaki D-Tracker 150, Urban Supermoto

Written By pijar mentariku on Kamis, 07 Maret 2013 | 16.07.00


KAWASAKI D-Tracker150, 2010 (Jakarta)



Jenuh main bebek dan matik, dari standar sampai bore up, Akhmad Nursyamsu kini beralih main motor yang lebih "laki".  Kawasaki D-Tracker 150 pun menjadi pilihannya. Sayangnya, tampilan standarnya belum cukup gagah. Biar lebih laki, serangkaian modifikasi dijalani pria yang bekerja di salah satu pabrikan ban tanah air ini.

Selain diganti dengan kaki-kaki lebih gambot, tujuan lain juga sengaja dikejar. ”Modifikasinya dilakukan agar lebih nyaman digunakan menembus keramaian ibu kota,” tutur Achu, sapaan akrabnya. Istilahnya yang pas mungkin dengan sebutan "urban supermoto". Untuk yang satu ini, Caos Custom Bike (CCB) diserahi tugas.

Upside down depan sengaja dipilih copotan dari Honda CRF 125. Sedang yang belakang pasang swing arm Yamaha YZ 250 yang dikawinkan dengan sokbraker belakang bawaan motor yang ulir pernya di cat warna kuning. Sentuhan ringan yang membuat tampilannya makin keren.

“Untuk tampilan bodi saya percayakan kepada rumah modifikasi Arena Motor dari Ciledug,” tambahnya sambil merinci kalau tampilan bodi yang dibalur dengan warna putih dan merah ini bukan hasil dari cat. Tetapi warna ini merupakan kombinasi stiker yang dicetak dengan teknik digital printing.

Beberapa part variasi pun tersemat di motor ini. Seperti pemasangan stang fatbar dari ZOG, hand guard dari UFO dan sebagai penerang jalanan dipercayakan batok lampu dari Polisport. Lampu belakang diganti LED keluaran THD dan sein LED dari DRC.

Mesinnya ogah standar, ruang bakar di bore up. Karena enggak mau repot, dipilih paket bore up Kawahara. Piston 63 mm nya membuat volume ruang bakar bengkak jadi 168,2 cc. Untuk mengimbangin ruang bakar yang makin besar, Achu hanya melakukan langkah porting-polish dan ganti spuyer.

"Karburator, klep dan per klep masih standar. Tapi knalpot ganti racing pakai Pro Speed," tutupnya.
(motorplus-online.com) 
Data Modifikasi
Pelek  : Takasago Excell
Ban depan : Corsa S123 120/70-17
Ban belakang : Bridgestone BT 92 150/60- 7
Carbon fork cover : Pro grip  
Caos Custom Bike : (021) 70089400 / 0817-0089-400

Penulis : ASR | Teks Editor : KR15 | Foto : ASR 

16.07.00 | 0 komentar | Read More